Selasa, 09 Juli 2013

Teori Tugas Besar "PONDASI 1"





BAB I
PENDAHULUAN

A.   Tinjauan Konstruksi
Suatu konstruksi yang direncanakan selalu membutuhkan perhitungan agar dapat menghasilkan konstruksi yang kokoh, stabil dan efisien serta tidak royal, termasuk bendungan, jembatan, jalan raya. Umumnya mempunyai dua komponen utama yaitu bangunan atas dan bangunan bawah, dimana bangunan atas lebih
diperuntukkan sebagai fungsi dan tujuan dari konstruksi tersebut dan bangunan bawah berfungsi sebagai dasar atau tempat kedudukan bangunan atas dalam kondisi stabil dan ekonomis.
Dengan demikian Teknik Pondasi adalah ilmu pengetahuan yang memakai prinsip mekanika/stabilitas konstruksi sangat dipengaruhi oleh gaya yang terjadi dalam tanah juga beban-beban yang bekerja di atas.
Pondasi yang baik adalah pondasi yang murah tetapi kuat, untuk memperoleh keduanya maka konstruksi pondasi harus dibuat sesuai dengan kondisi tanah. Tanah sebagai tempat pondasi hendaknya tidak terjadi keruntuhan, kelonsoran total akibat gaya geser tanah. Kedua kondisi tersebut sangat menentukan daya dukung pondasi dengan tanah dasarnya.

B.   Klasifikasi Pondasi
Adapun klasifikasi pondasi dalam konstruksi yaitu sebagai berikut :
a.     Pondasi dengan biasanya disebut pondasi telapak, ada yang menerus lokal atau setempat.
b.     Pondasi dalam contohnya pondasi sumuran
c.      Bentuk pondasi yang lain adalah konstruksi tembok penahan yaitu yang menahan tanah, diperkirakan dari keruntuhan, kelonsoran total akibat gaya geser tanah. Kedua hal tersebut sangat menentukan daya dukung tanah dasarnya.
d.     Pondasi khusus yaitu pondasi yang tidak tercakup terhadap yang disebut di atas

C.   Maksud Dan Tujuan Pondasi
Yang dimaksud dengan pondasi adalah bangunan yang dapat menahan berbagai macam beban, baik horizontal maupun vertikal dalam kondisi stabil. Adapun tujuannya yaitu untuk menahan beban-beban yang terjadi sehingga menghasilkan kestabilan konstruksi.

D.   Pengertian Dan Penggunaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi penahan agar tanah tidak longsor. Konstruksi ini digunakan untuk suatu tebing yang agak tegak. Dinding penahan yang digunakan bila suatu jalan dibangun berbatasan dengan sungai, danau, atau tanah payau.
Bahan yang digunakan di belakang dinding penahan disebut tanah urugan (back filk). Tanah urugan ini sebaiknya dipilih dari bahan lolos air atau tanah berbutir seperti pasir, kerikil atau batu pecah. Tanah lempung sangat tidak disarankan untuk digunakan sebagai tanah urugan.

E.   Jenis Dinding Penahan Tanah
Menurut bahan konstruksi, dinding penahan dibagi atas dua yaitu dari pasangan batu dan beton pracetak. Berdasarkan bentuk konstruksinya dan caranya menahan tanah, dinding penahan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a.     Dinding gravitasi
Jenis ini menggantungkan seluruh kestabilan pada berat dinding itu sendiri karena bentuknya sederhana dan pelaksanaannya mudah, maka diperlukan konstruksi bangunan yang tidak tinggi. Bahannya dapat dibuat dari pasangan batu atau beton tanpa tulangan, kecuali pada permukaan luar untuk mencegah retak-retak akibat perubah suhu.
b.     Dinding penahan semi gravitasi
Jenis ini mempunyai fungsi sama dengan dinding gravitasi, hanya bagian bawah diperluas. Penampang dinding dapat direduksi.
c.      Dinding penahan dengan sisi belakang tegak
Jenis ini dapat dibuat dari beton tanpa tulangan atau dengan tulangan. Dinding penahan dengan tulangan lebih ekonomis terutama untuk dinding yang relatif tinggi.
d.     Dinding penahan dengan sisi belakang miring
Jenis ini terbuat dari tanpa beton tulangan dan cukup baik digunakan dinding yang tinggi.
e.      Dinding penahan dengan kensel
Jenis ini terbuat dari beton bertulang dan secara statis merupakan konstruksi yang kokoh dengan keseimbangan momen yang baik, tanah dasar yang baik. Diatas kesel dapat diletakkan instalasi-instalasi bawah tanah, seperti pipa air minum, air limbah, jaringan telepon atau listrik.
f.       Dinding penahan dengan sandaran
Jenis ini dapat dibuat dari susunan batu atau beton. Tembok penahan ini digunakan bila tanah asli dibelakang cukup baik dan tekanan tanahnya relatif kecil.
g.     Dinding penahan dengan balok kontilever (q)
Bila dinding tinggi, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding cenderung untuk menggulingkan dinding, untuk itu agar ekonomis sebaiknya digunakan dinding kontilever. Dinding ini mempunyai bagian pada dasarnya memanjang di bawah tanah urugan dan berat tanah diatas kaki tersebut dapat membantu mencegah tergulingnya dinding.
h.     Dinding penahan dengan penyokong di sisi dalam
Dinding penahan jenis ini, hampir sama dengan cantilever, tetapi pada jarak tertentu didukung oleh plat-plat vertikal yang diletakkan di belakang dinding. Jenis ini digunakan pada dinding yang tingginya lebih dari 8 meter.
i.       Dinding penyokong dari luar
Dinding jenis ini hampir sama dengan dinding counteryort, hanya pada jenis ini penyokong  ditempatkan di depan dinding.
j.       Dinding penahan khusus
·        Dinding penahan yang tersusun dari balok-balok beton pracetak misalnya dinding krib.
·        Dinding penahan dari bronjong
·        Dinding penahan tipe kotak
·        Dinding penahan bentuk y terbalik
·        Dinding penahan dengan pelebar arah dan konsel.


F.    Pemilihan Macam Dinding
Pemilihan macam dinding penahan tanah tergantung dari pertimbangan teknik dan ekonomi, yang perlu diperhatikan adalah sifat-sifat tanah asli, kondisi tanah urugan, kondisi lingkungan setempat dan kondisi lapangan. Sebagai pegangan dapat digunakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.     Dinding penahan dari pasangan batu dan dinding penahan gravitasi dapat digunakan untuk ketinggian 3 – 6 meter.
b.     Dinding penahan dengan balok kantilever digunakan untuk ketinggian 3 – 8 meter.
c.      Dinding penahan dengan plat penopang digunakan untuk ketinggian 8 – 15 meter.

 





BAB II
TEKANAN TANAH

Tekanan dari tanah ke suatu struktur disebut tekanan tanah

A.   Tekanan Tanah Aktif
Seandainya gaya yang dikerjakan lebih kecil daripada tekanan tanah maka tembok itu akan bergerak dan tanah ikut bergerak/melendut. Dalam hal ini, tanah dalam kondisi aktif pada keseimbangan plastis.
Karena tanah dalam keadaan runtuh, maka kekuatan geser tanah diubah sehingga mengandung tegangan utama.

B.   Tekanan Tanah Pasif
Bila dinding tembok penahan menerima gaya tekanan tanah dalam kondisi diam, agar tetap stabil maka diperlukan gaya yang sama besar dengan tekanan tanah serta berlawanan arah.
Tinjauan suatu tembok yang kecenderungan adanya pergeseran ditahan oleh tanah yang berada di depan kaki tembok setinggi Z apabila tembok itu sampai bergeser, , maka tanah penahan akan tertekan sedikit demi sedikit. Tekanan vertikal (CVI) tetap konstan dan DN bertambah dalam hal ini tegangan horizontal (Phi).


C.   Muka Tanah Miring Tidak Kohesif
Untuk muka tanah yang miring, metode Rankine meninjau keseimbangan status suatu elemen pada kedalaman Y, maka tanah leteran bekerja sejajar dengan permukaan tanah. Karena metode Rankine menganggap dinding tanpa priksi maka tegangan pada bagian depan yang vertikal dari elemen tersebut merupakan tegangan utama.


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda